foto

foto
jpg

Senin, 14 Maret 2011

Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai), adalah roman yang paling populer di antara roman-roman dan novel yang pernah terbit di Indonesia. Pengarangnya seorang sastrawan kelahiran Padang 7 Agustus 1889, Marah Rusli. Buku ini pertama kali terbit tahun 1922 oleh Balai Pustaka. Karena popularitas buku ini, maka tahun-tahun awal terbinya disebut zaman Siti Nurbaya.
Bagi yang tidak pernah membaca roman ini secara utuh, menganggap bahwa kisah Siti Nurbaya adalah kisah kawin paksa. Yang sebenarnya adalah terpaksa kawin. Siti Nurbaya terpaksa kawin dengan seorang dengan datuk Maringgih demi membayar hutang orangtuanya.
Kisahnya, Siti Nurbaya dan Samsulbahri sejak kecil sudah berteman bahkan satu sekolah karena rumah mereka berdekatan. Ketika tumbuh menjadi remaja, di antara keduanya tumbuh rasa saling mencintai. Hubungan dua remaja ini mendapat restu dari orangtua kedua belah pihak. Kemudian Samsulbahri melanjutkan studinya di Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Sementara itu, ayah Siti Nurbaya, Baginda Sulaiman, mengalami kebangkrutan dalam usaha perdagangannya. Karena itu, ia terlilit hutang pada Datuk Maringgih, seorang lanjut usia nan kaya tapi sangat kikir. Dengan segala cara Datuk Maringgih menagih piutangnya pada Baginda Sulaiman, namun tidak bisa dibayar. Karena tidak bisa membayar hutang, Baginda Sulaiman diminta untuk menyerahkan anaknya Siti Nurbaya untuk menikah dengan Datuk Maringgih.Siti Nurbaya pun terpaksa dinikahi si kakek Datuk Maringgih.
Suatu hari, Samsulbahri mudik dari Jakarta. Ia pulang berlibur ke kampungnya di Padang. Ia sudah tahu kalau Siti Nurbaya sudah menikah dengan si kakek Datuk Maringgih. Namun ia berusaha untuk bisa bertemu dengan mantan kekasihnya Siti Nurbaya. Maka keduanya melakukan pertemuan secara rahasia dan akhirnya diketahui oleh Datuk Maringgih. Akibatnya, terjadi pertengkaran. Mendengar kejadian itu, ayah Samsulbahri yang kebetulan seorang penghulu di Padang, merasa telah dipermalukan oleh anaknya. Samsulbahri kemudian diusir untuk kembali ke Jakarta. Mengetahui Samsulbahri telah kembali ke Jakarta, Siti Nurbaya secara diam-diam menyusulnya. Namun tindakan itu diketahui Datuk Maringgih melalui kaki tangannya. Dengan berbagai fitanah dan memperalat polisi, kaki tangan Datuk Maringgih berhasil membawa pulang Siti Nurbaya ke rumah Datuk.
Akibat tidak tahan dengan kenyataan hidupnya sebagai suami Datuk Maringgih, Siti Nurbaya kemudian mati setelah memakan lemang beracun yang sengaja dijajakan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Berita kematian itu sampai juga ke telingan Samsulbahri. Karena kecewa dan putus asanya, Samsulbahri mencoba bunuh diri namun tidak berhasil. Namun, ia harus meninggalkan bangku sekolahnya di Jakarta dan masuk dinas militer.
Pada suatu waktu, terjadi kerusuhan di Padang karena banyaknya rakyat yang tidak mau membayar pajak yang ditagih pemerintah Belanda. Untuk mengatasi kerusuhan itu, pemerintah Hindia Belanda mengutus pasukan pengamanan dari Jawa, sehingga terjadi pertempuran sengit. Ternyata pemberontakan itu didalangi oleh Datuk Maringgih. Tak disangka, Datuk Maringgih bertemu dengan Samsulbahri yang berpangkat dan nama Letnan Mas. Samsulbahri berhasil menembak Datuk Maringgih. Sialnya, sebelum Datuk Maringgih meregang nyawa, ia sempat menebas Letnan Mas sehingga harus dirawat di rumah sakit. Dalam perawatan itu, Letnan Mas meminta dokter agar memanggil Penghulu Kota Padang bernama Sutan Mahmud Syah. Di rumah sakit, Letnan Mas menceritakan riwayatnya lalu menghembuskan nafas terakhir.
Setelah meninggal, Sutan Mahmud Syah baru tahu kalau Letnan Mas sebenarnya adalah anaknya, Samsulbahri. Karena kesal dan sedih, pada beberapa hari kemudian Sutan Mahmud Syah meninggal dunia.

Lebih lanjut tentang: Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar