foto

foto
jpg

Jumat, 12 Agustus 2011

Nama:

Kelas:

tugas:

1.Dari Tukang Tempe Hingga Ke Pengusaha Properti

Ketika saya masih SMP, saya masih ingat betul siapa pedagang tempe di kampung saya. Lebih tepatnya disebut Tukang Tempe. Ibu saya menyebut namanya Mas Tamat. Sebuah nama yang di kampung saya amat lekat dengan kata tempe.

Puluhan tahun berselang, saat saya menengok ortu di “kampung” saya itu, suatu tempat di pinggiran Casablanca Jakarta Selatan, saya kembali mendengar nama mas Tamat. Ternyata dia belum tamat riwayatnya. Bagaimana dia menjalani tahun-tahunnya menggelitik saya untuk menuliskannya di blog ini.

Bukan hal yang asing jika kita mendengar seorang tukang pisang goreng bertahun yang lalu, saat ini pun masih menjadi tukang pisang goreng. Seorang tukang bakso favorit kita juga masih asyik berjualan bakso hingga usia tuanya. Beberapa diantaranya menampakkan sedikit kemajuan dengan memiliki beberapa gerobak dorong. Tapi tak sedikit yang tetap tidak berubah meskipun puluhan tahun berlalu.

Banyak pengusaha kecil kita memang memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dalam menghadapi gempuran perubahan. Sayangnya sangat sedikit yang memiliki kemampuan mengembangkannya menjadi sesuatu yang lebih besar. Apalagi menjadikannya tiket untuk meraih kebebasan finansial.

Mas Tamat yang akan saya ceritakan ini agak berbeda. Awalnya dia adalah seorang pembuat tempe sekaligus memasarkannya berkeliling kampung. Saya masih ingat bagaimana dia berkeliling gang-gang kecil dengan memikul keranjang berisi tempe dagangannya.

Ternyata mas Tamat betul-betul memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Meski hasil jualannya tidak terlalu besar, dia bisa menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung. Dari hasil tabungannya, dia membeli sebidang tanah di pinggiran kali kecil. Lokasi yang kurang menarik sehingga bisa didapatkannya dengan harga sangat miring.

Pelan-pelan dia membangun sebuah bangunan dari bambu di atas lahan tersebut. Setelah berdiri, dia menyewakannya kepada seorang pedagang bakso kenalannya. Meski tidak seberapa, lahan yang dibelinya telah menghasilkan pemasukan tambahan bagi mas Tamat. Dan satu lagi manfaat tambahan, mas Tamat bisa belajar bisnis bakso dan cara pembuatannya secara gratis.

Sampai disini semua langkah yang ditempuh mas Tamat masih saya anggap biasa, meski tidak banyak juga yang melakukannya. Namun langkah-langkah selanjutnya betul-betul membuat saya kagum dan angkat topi untuknya. Dan dia bukan lulusan perguruan tinggi, bahkan saya ragu apakah dia pernah menamatkan SD-nya.

Apa saja yang dilakukan mas Tamat selanjutnya ?

Pertama, secara perlahan dia menambah jumlah properti sewaannya. Dengan dana hasil sewa properti pertamanya, dia membeli sedikit demi sedikit lahan-lahan berharga miring di sekitar lahan miliknya. Demikian dilakukannya secara terus menerus.

Jika anda tahu bagaimana bentuk lahan-lahan yang dibelinya waktu dulu, anda akan terheran-heran ada orang mau membeli lahan semacam itu. Dan disinilah kelebihan mas Tamat. Dia seperti tahu akan seperti apa kondisi puluhan tahun mendatang. Memang bukan lokasi mentereng tempat pemukiman mewah, tapi disana kini menjadi tempat kumpulan para pedagang kecil yang amat produktif. Yang menjamin properti sewaan mas Tamat selalu berisi dan lancar sewanya.

Bagaimana itu bisa terjadi ? Apa yang dilakukan mas Tamat ?

Ini langkah kedua yang dilakukannya. Dari penyewa pertamanya mas Tamat mendalami usaha bakso hingga membuatnya menjadi pedagang bakso yang laris, selain tetap menjadi Tukang Tempe. Pagi jualan tempe, siang hingga malam menjadi tukang bakso. Keren kan ?

Dari dua jenis keahliannya ini, mas Tamat melatih dan mencetak beberapa pedagang bakso dan pedagang tempe yang merupakan pendatang baru dari desa. Sebagian berdagang mandiri, sebagiannya lagi bekerjasama dengan mas Tamat. Dimana mereka tinggal ? Di properti sewaan mas Tamat.

Keren banget ! Apa yang dilakukan mas Tamat mengingatkan saya pada ucapan salah satu pewaralaba dunia, bahwa bisnisnya bukan produk waralaba tersebut tapi real estat. Ya, mas Tamat membangun banyak properti sewaan dan membangun bisnis yang akan menyewa propertinya. Dari bisnisnya dia memperoleh keuntungan dan dari properti sewaannya dia mencapai kebebasan finansial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar