Libatkan Tuhan
Baca: 2 Tawarikh 20:20-21:1
Bicara soal iman, seolah kita sedang membicarakan sebuah bentuk kekuatan yang kokoh teguh, tak tergoyahkan. Namun kalau kita perhatikan kehidupan raja-raja Yehuda, iman seolah benang tipis yang begitu rapuh. Benarkah demikian, ataukah manusianya yang rapuh?
Firman Tuhan yang disampaikan oleh Yahaziel kepada Yosafat dan rakyatnya membangkitkan semangat dan iman mereka. Maka meski masih pagi mereka sudah siap berangkat menuju medan perang (20). Lalu mereka melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh pasukan perang, yang mungkin malah merugikan pasukan bila dilakukan dalam kondisi biasa, yaitu bernyanyi. Ya, orang-orang yang dipilih menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan (21). Lalu secara ajaib Tuhan sendiri yang berperang melawan Amon dan Moab, sehingga ketika Yosafat dan bala tentaranya tiba di medan perang, mereka hanya menemukan mayat-mayat berhamparan (24). Ajaib bukan? Ketika Yosafat dan rakyat Yehuda menyadari ketidakmampuan mereka dan menyerahkan masalah mereka kepada Allah, pada saat itulah Allah bertindak!
Sayangnya ada kisah yang menodai perjalanan iman Yosafat. Entah karena alasan apa, Yosafat bersekutu dengan Ahazia, yang fasik perbuatannya (35). Apakah mungkin Yosafat menganggap hal ini tidak ada kaitannya dengan kehidupan imannya sehingga dia tidak mempertimbangkan kehendak Allah? Yosafat rupanya tidak belajar dari pengalaman sebelumnya pada waktu firman Tuhan menegur dia ketika bersekutu dengan Ahab (2Taw. 19:1-3). Akibatnya Tuhan pun mengacaukan apa yang mereka kerjakan (37).
Hidup beriman adalah hidup yang melibatkan Tuhan dalam seluruh aspeknya. Kita membutuhkan Tuhan bukan hanya ketika kita terdesak, tertindas, terancam, dan butuh pertolongan. Dalam pekerjaan kita sehari-hari pun, kita perlu melibatkan Dia. Ingatlah juga bahwa segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan memungkinkan kita beralih dari Tuhan, tidak diperkenan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar