TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN PERKEMBANGANNYA
Febri sandriya
B11.2012.02583
Pendahuluan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara
umum adalah semua yang teknologi
berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup
dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak,
kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun (tele)komunikasi. Istilah TIK
atau ICT (Information and Communication
Technology), atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut
sebagai Infocom, muncul setelah
berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya)
dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh kedua
abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang sangat pesat, jauh
melampaui bidang-bidang teknologi lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini,
dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum terlihat
titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global,
perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia.
Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh
sehingga tidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak
memanfaatkan perangkat TIK.
Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai
bidang lain tentu memerlukan waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah
ini, kaitan TIK dengan proses pembelajaran disoroti lebih dibanding dengan
kaitannya dengan bidang lain. Tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain,
bidang pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan
TIK mengolah dan menyebarkan informasi.
Perkembangan TIK
Bila dilacak ke belakang, terdapat beberapa
tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap
eksistensi TIK saat ini. Pertama adalah temuan telepon oleh Alexander Graham
Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian ditindaklanjuti dengan penggelaran
jaringan komunikasi dengan kabel yang melilit seluruh daratan Amerika, bahkan
kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Inilah
infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.
Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terealisasi transmisi
suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama (Lallana, 2003:5).
Komunikasi suara tanpa kabel segera berkembang pesat, dan kemudian bahkan
diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran
televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun
1943, yang kemudian diikuti oleh tahapan miniaturisai komponen elektronik
melalui penemuan transistor pada tahun 1947, dan rangkaian terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957.
Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan soko guru TIK saat ini,
mendapatkan momen emasnya pada era perang dingin. Persaingan IPTEK antara blok
Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (eks Uni Sovyet) justru memacu
perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian
elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang.
Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada
puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’
perangkat keras komputer, dan terus berevolusi sampai saat ini.
Di lain pihak, perangkat telekomunikasi
berkembang pesat saat mulai diimplementasi-kannya teknologi digital
menggantikan teknologi analog yang mulai menampakkan batas-batas maksimal
pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian
berkonvergensi dengan perangkat komputer yang dari awal merupakan perangkat
yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat
ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi
dan komputasi inilah kandungan isi (content) berupa multimedia, mendapatkan
tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi
telekomunikasi-komputasi-multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21,
sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri
menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia maka revolusi digital
(karena konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia terjadi melalui
implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau
setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika
(telematics) untuk maksud yang kurang
lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication+informatics
(telekomunikasi+informatika) meskipun sebelumnya kata itu
bermakna science of data transmission.
Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi
membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia,
termasuk bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi
proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan,
sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk
melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat, juga dapat
difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon
berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory,
e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics
yang secara implisit dimaknai berdasar
teknologi elektronika digital.
Kebijakan Nasional bidang TIK
Menyadari pentingnya TIK sebagai bidang
yang berperan besar dalam pembangunan nasional, Kementerian Negara Riset dan
Teknologi memberikan arahan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk
dikembangkan melalui kegiatan riset, antara lain: infrastruktur informasi,
perangkat lunak, kandungan informasi (information
content), pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan regulasi dan
standarisasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 5).
Infrastruktur Informasi
Infrastruktur informasi terdiri atas
beberapa aspek yang seluruhnya harus dibangun secara paralel dan saling
menunjang. Aspek pertama adalah jaringan fisikyang berfungsi sebagai jalan raya
informasi baik pada tingkat jaringan tulang-punggung maupun tingkat akses
pelanggan. Jaringan tulang punggung harus mampu menghubungkan seluruh daerah
Indonesia sampai wilayah pemerintahan terkecil. Pada tingkat akses pelanggan
harus memungkinkan tersedianya akses yang murah dan memadai bagi masyarakat
luas.
Aspek kedua menekankan pada kemanfaatan
sebesar-besarnya pengelolaan sumber informasi bagi seluruh komponen masyarakat.
Kondisi ini dapat dicapai melalui diwujudkannya interoperabilitas sumber daya
informasi yang tersebar luas sehingga dapat dimanfaatkan secara efisien dan
efektif oleh seluruh pemangku kepentingan.
Aspek terakhir adalah pengembangan
perangkat keras, baik di sisi jaringan maupun di sisi terminal. Pengembangan
ini harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan kondisi jaringan yang ada di
Indonesia, dengan mengadopsi sistem terbuka dan menanamkan tingkat kecerdasan
tertentu untuk memudahkan integrasi sistem dan pengembangannya di masa depan.
Perangkat Lunak
Pengembangan perangkat lunak diarahkan pada
realisasi sistem aplikasi yang mampu menunjang proses transaksi ekonomi yang
cepat dan aman, serta pengambilan keputusan yang benar dan cepat. Harga yang
terjangkau dan daya saing pada tingkat internasional merupakan salah satu
kriteria yang dipersyaratkan, khususnya mendukung kebijakan substitusi impor.
Perangkat lunak sistem operasi dengan
kehandalan tinggi dan kebutuhan sumber daya memori maupun prosesor yang minimal
serta fleksibel terhadap perangkat keras maupun program aplikasi yang baru,
merupakan prioritas yang harus dikembangkan. Program aplikasi juga perlu
dikembangkan, terutama yang terkait dengan sektor perekonomian, industri,
pendidikan, maupun pemerintahan.
Dalam mempercepat pengembangan dan
pendayagunaan perangkat lunak, perlu pula ditinjau implementasi konsep open source. Penerapan konsep open source ini diharapkan mampu
menggalakkan industri perangkat lunak dengan partisipasi seluruh lapisan
masyarakat tanpa melakukan pelanggaran hak cipta.
Kandungan Informasi
Kegiatan pengembangan kandungan informasi (information content) bertujuan melakukan penataan, penyimpanan, dan
pengolahan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi proses
pembangunan, pengorganisasian,
pencarian, dan pendistribusian informasi.
Kegiatan riset dan pengembangan kandungan
informasi diawali dengan pemetaan berbagai potensi dan informasi nasional
beserta pemodelan proses information retrieval. Dengan demikian implementasi information
repository dan information sharing
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan
maksimal kandungan informasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan
potensi lokal, akumulasi kekayaan seni dan budaya Indonesia yang beraneka ragam dapat pula dieksploitasi
sebesar-besarnya untuk menghasilkan produk-produk seni budaya yang
berbasis multimedia.
Pengembangan SDM
Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) diperlukan upaya peningkatan kemandirian dan keunggulan, yang salah
satunya adalah dengan mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan untuk
membentuk keahlian dan keterampilan masyarakat dan peneliti dalam bidang
teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian
sebagai akibat kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi.
Pengembangan Regulasi dan Standarisasi
Program kajian regulasi meliputi penyusunan
Undang-Undang dan penyempurnaan berbagai kebijakan terkait bidang teknologi
informasi, komunikasi dan broadcasting.
Salah satunya adalah penyempurnaan Cetak Biru Telekomunikasi dan UU
Telekomunikasi No. 36/1999 yang sudah mulai ketinggalan dengan perkembangan
teknologi dan tuntutan masyarakat. Penyelesaian Rancangan UU tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dan berbagai UU lain yang dapat mendorong pertumbuhan aplikasi IT sangatlah diharapkan
realisasinya pada tahun 2005-2025. Termasuk dalam kerangka regulasi ini adalah
mempercepat terlaksananya proses kompetisi yang sebenar-benarnya dalam
penyediaan jasa telekomunikasi sehingga dapat memberikan perbaikan kondisi
layanan, kemudahan bagi pengguna jasa, serta harga yang ekonomis.
TIK dalam Pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di
Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan
siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya melakukan
penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh
nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan
teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran
radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbal-balik yang
seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator
kepada pembelajar.
Introduksi komputer dengan kemampuannya
mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk mengatasi
kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya
mampu memberikan informasi searah (terlebih-lebih bila materi tayangannya
adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet
memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed).
Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara
sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus
berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi Internet,
memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan
komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih
sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK
saat ini.
Buku Elektronik
Buku elektronik atau ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk
menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke
dalam ebook dapat diintegrasikan
tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan
dengan buku konvensional.
Jenis ebook
paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi
bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan
buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang
tersedia sampai 4 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang
lebih cermat ada pada misalnya Microsoft
Encarta dan Encyclopedia Britannica
yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia
memungkinkan ebook menyediakan tidak
saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis
musik, misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut
sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.
E-learning
Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya,
menyatakan bahwa e-learning meliputi
pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal yang menggunakan
jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar,
interaksi, dan/atau fasilitasi (Tinio, tt: 4). Untuk pembelajaran yang sebagian
prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet, sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik
(SEAMOLEC, 2003:1). Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi
informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi
pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning.
Meskipun per definisi radio dan televisi
pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning,
pada umumnya disepakati bahwa e-learning
mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling
sederhana adalah web-site yang
dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan
pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh nara sumber atau
fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan, dapat pula disediakan mailing-list khusus untuk situs
pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.
Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang
disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis
teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke
internet (Hari Wibawanto, 2006). Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan
siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses
pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan
komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini
memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di
antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik
atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui video
conference.
Aplikasi Lain
Selain e-book
dan fasilitas e-learning, berbagai
aplikasi lain bermunculan (dan kadang saling berintegrasi sehingga menimbulkan
sinergi) sebagai dampak ikutan perkembangan TIK terutama internet.
E-zine dari kata e-magazine,
merupakan bentuk digital dari majalah konvensional. Penerbitan majalah
berformat digital memungkinkan ditekannya ongkos produksi (karena tidak perlu
mencetak) dan distribusi (karena sekali diupload
ke server, seluruh dunia bisa mengaksesnya). Pemutakhiran isinya juga dapat
dilakukan dengan sangat cepat sehingga perkembangan mutakhir dapat disajikan
dengan lebih cepat. Termasuk dalam kategori e-zine
ini adalah e-newspaper yang berfokus
pada berita terkini dan e-journal
yang memfokuskan diri pada laporan hasil-hasil penelitian.
E-laboratory, merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses
laboratorium yang dapat disimulasikan secara digital. Pada dasarnya, perangkat
lunak ini adalah perangkat lunak animasi dan simulasi yang dapat dikemas dalam
keping CD, DVD maupun disajikan pada web-site
sebagai web-based application
(perangkat lunak yang berjalan pada jaringan internet).
Blog atau weblog adalah perkembangan mutakhir di bidang web-based application. Ide semula adalah menyediakan fasilitas electronic diary atau buku harian
elektronik untuk remaja. Pengguna dapat mengisi buku harian tersebut semudah
menulis email, mengunggah (upload) ke
server hanya dengan meng-klik ikon, dan hasilnya adalah tayangan tulisan di
layar browser. Pemakai internet di
manapun berada dapat melihat publikasi tersebut dengan mengakses alamat situs,
misalnya: http://hariwibawanto.wordpress.com.
Dari sisi kandungan isi, blok sekarang banyak berisi gagasan, ide, dan opini
pribadi tentang satu masalah yang menarik secara subyektif. Meskipun akurasi
informasi yang tersaji masih bisa diperdebatkan, tetapi yang penting adalah
blog memungkinkan seseorang tanpa pengetahuan desain web-site dapat dengan mudah membuat web-site pribadi dan mengelola maupun memutakhirkan isinya dengan
sangat mudah. Kemudahan lain adalah tersedianya banyak server blog gratis.
Dalam konteks pemanfaatannya bagi proses pembelajaran, kandungan isi blog
pembelajar, misalnya, dapat menjadi umpan balik bagi fasilitator.
- dengan implementasi TIK.
Peluang-peluang di Masa Depan
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, termuat mata ajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi untuk SMP/MI maupun SMA/SMK/MA/MAK. Sampai saat ini belum ada
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang menghasilkan guru dengan
spesialisasi pengajar Teknologu Informasi dan Komunikasi. Sebagian besar guru
TIK di lapangan adalah guru yang berasal dari bidang keahlian kependidikan lain
yang kebetulan ‘bisa mengoperasikan komputer’ atau bahkan sarjana-sarjana
komputer. Ini merupakan peluang bagi LPTK seperti Unnes, baik dengan membuka
secara khusus program studi yang terkait dengan TIK ataupun membekali calon
guru dengan keterampilan TIK yang memadai sehingga tidak gamang menghadapi
penugasan sebagai guru TIK.
Ladang garapan lain yang seharusnya digarap
LPTK seperti Unnes adalah bidang pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran.
Kiranya program studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan (dengan penekanan pada
frasa terakhir, Teknologi Pendidikan)
tepat untuk menggarap bidang tersebut. Berikut adalah sebagian dari daftar
panjang bidang-bidang yang seharusnya digarap Unnes sebagai LPTK:
·
Kajian desain dan implementasi
bahan ajar multimedia;
·
Kajian teori-teori belajar
terkait proses pembelajaran online;
·
Kajian eksploratif pemanfaatan
jaringan Internet dalam proses pembelajaran;
·
Desain dan implementasi
perangkat lunak pembelajaran dengan berlandaskan pada teori belajar mutakhir;
·
Pemanfaatan secara kreatif
aplikasi-aplikasi berbasis internet yang telah ada menjadi alat bantu
pembelajaran;
·
Kajian pemanfaatan chatting, blogging, maupun teleconferencing pada proses
pembelajaran;
Penutup
Sebagai institusi yang menghasilkan guru
dan tenaga kependidikan lainnya, Unnes masih perlu membenahi dan terus
memperbaiki infrastruktur terkait teknologi informasi dan komunikasi. Perbaikan
infrastruktur TIK ini merupakan keniscayaan, mengingat pesatnya perkembangan
TIK pada umumnya dan yang terkait dengan proses pembelajaran pada khususnya.
Selain perbaikan infrastruktur, rekayasa sosial untuk mendekatkan sivitas
akademika dengan TIK perlu dilakukan mengingat bahwa adopsi teknologi hanya
berhasil baik apabila disertai dengan penyesuaian-penyesuaian budaya maupun
kebiasaan yang dibawa serta oleh teknologi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar